Apakah Anda pernah mendengar istilah BPA? Bisphenol A atau BPA adalah bahan kimia industri yang digunakan dalam pembuatan plastik dan resin. Bahan ini digunakan untuk berbagai macam produk, mulai dari botol plastik hingga lapisan kaleng makanan. Meski digunakan sebagai bahan kemasan yang sering ditemukan, potensi bahaya BPA terhadap kesehatan semakin meningkat.
Apa itu BPA?
BPA adalah senyawa organik yang digunakan sebagai bahan dasar dalam produksi polikarbonat dan resin epoksi. Polikarbonat adalah jenis plastik yang dikenal karena kejernihan dan kekuatannya sehingga sering digunakan dalam produk seperti botol bayi, peralatan makan, dan berbagai wadah penyimpanan makanan.
Resin epoksi, di sisi lain, digunakan untuk melapisi bagian dalam kaleng makanan dan minuman, serta dalam berbagai aplikasi industri lainnya.
Mengapa BPA Mengkhawatirkan?
Melansir dari Healthline, kekhawatiran akan BPA sangat luas sehingga ada penelitian yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang berusia di atas 6 tahun memiliki jumlah BPA yang dapat diukur dalam urin mereka. Sebuah penelitian menemukan bahwa sekitar 85% anak-anak Korea di bawah usia 2 tahun memiliki kadar BPA yang terdeteksi dalam urin mereka.
Karena sifatnya yang tahan panas dan tekanan, BPA banyak digunakan dalam produk sehari-hari seperti botol minum, peralatan makan, kemasan makanan, dan peralatan medis. Namun, sifat kimia BPA yang memungkinkan migrasinya dari wadah ke dalam makanan dan minuman yang disimpan di dalamnya menjadi sumber utama kekhawatiran.
Tidak hanya itu, paparan BPA juga dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan.
Baca Juga: Khawatir dengan Mikroplastik Air Kemasan? Ini Dampaknya
Apa Saja Bahaya BPA?
Berdasarkan Medical News Today, terdapat penelitian yang menunjukkan bagaimana BPA dapat berdampak pada kesehatan manusia dalam berbagai cara. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Gangguan Reproduksi
Terdapat temuan yang menunjukkan bahwa BPA dapat mengganggu fungsi endokrin yang melibatkan hipotalamus dan kelenjar pituitari.
Hal tersebut dapat mempengaruhi pubertas dan ovulasi serta dapat menyebabkan kemandulan. Selain itu, dampaknya dapat bersifat seumur hidup dan lintas generasi.
Tidak hanya pada perempuan, paparan BPA tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi dan masalah hasrat seksual dan ejakulasi.
2. Penyakit Jantung
Paparan BPA dengan dosis rendah memiliki pengaruh terhadap masalah kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, angina, serangan jantung, hipertensi, dan penyakit arteri perifer.
3. Diabetes Tipe 2 dan Berat Badan
Efek peradangan BPA dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak diinginkan, seiring dengan perkembangan penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Selain mengikat reseptor estrogen, BPA dapat berikatan dengan reseptor hormon lain, menyebabkan akumulasi lemak. BPA juga dapat menyebabkan stres pada tubuh Anda dengan merusak mitokondria, yang berfungsi sebagai penghasil energi. Stres dapat menyebabkan peradangan kronis, lalu akan ada respons imun yang dapat mengubah cara tubuh mengatur berat badan, nafsu makan, dan kadar hormon.
4. Perkembangan Otak Janin
Paparan BPA pada janin dalam kandungan dapat mengganggu perkembangan otak dan saraf selama masa kehamilan. Dampaknya meliputi perubahan perkembangan struktural, gangguan regulasi estrogen, dan modifikasi DNA. Hal ini dapat berdampak pada perilaku sosial dan kecemasan (anxiety) setelah lahir.
5. Masalah Kesehatan Lainnya
Paparan BPA dengan level yang rendah juga dikaitkan dengan perkembangan kanker tertentu, termasuk kanker ovarium, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker usus besar. Selain itu, terdapat beberapa bukti dari penelitian bahwa BPA dapat membuat obat kemoterapi menjadi kurang efektif.
Bagaimana Cara Menghindari BPA?
Berdasarkan saran Mayo Clinic, jika Anda khawatir tentang bahaya BPA, terdapat langkah-langkah yang dapat diikuti untuk mengurangi paparannya.
1. Pilih Produk “BPA-free“
Periksa label pada kemasan produk makanan dan minuman, botol bayi, mainan anak, dan barang lainnya. Cari label bertuliskan “BPA-free”. Namun, perlu diingat bahwa label “BPA-free” tidak selalu menjamin keamanan. Beberapa pengganti BPA mungkin memiliki efek kesehatan yang belum sepenuhnya diketahui.
2. Gunakan Wadah Alternatif
Ganti wadah plastik dengan wadah kaca, keramik, atau stainless steel untuk menyimpan makanan dan minuman. Hindari wadah plastik sekali pakai dan gunakan wadah yang bisa digunakan kembali.
Jangan gunakan wadah plastik untuk memanaskan makanan di microwave. Gunakan wadah khusus microwave sebagai gantinya.
3. Membatasi Konsumsi Air Minum dalam Galon
Galon air minum yang terbuat dari plastik polycarbonate berpotensi mengandung BPA. Zat ini dapat bermigrasi dari plastik ke dalam air, terutama saat terpapar panas atau suhu tinggi.
Risiko migrasi BPA semakin tinggi pada galon yang sudah lama digunakan atau terpapar sinar matahari langsung.
Hindari BPA dengan Dispenser Tanpa Galon Pureve
Salah satu solusi inovatif untuk terhindar dari BPA adalah dengan menggunakan water purifier atau dispenser tanpa galon dari Pureve.
Pureve menawarkan berbagai pilihan dispenser tanpa galon yang dilengkapi dengan teknologi filtrasi reverse osmosis untuk menghasilkan air minum berkualitas tinggi dan bebas BPA. Selain terbebas dari BPA, water purifier Pureve mampu menghilangkan kotoran, bakteri, virus, dan klorin dari air.
Hubungi Pureve sekarang untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang water purifier atau dispenser tanpa galon yang tepat untuk Anda.